Prodi MZW IAIN Parepare
Jumat, 15 Maret 2019
Pusat Studi Gender dan Anak Gandeng Dharma Wanita Gelar Kajian Ilmiah
Humas IAIN Parepare--- Meski terbilang baru, Pusat Studi Gender dan Anak yang menjadi salah satu pusat studi pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare langsung menjalankan program-program strategisnya.
Bertempat di Gedung Akademik Lantai 1, Jumat,14/3/2019, lembaga yang baru terbentuk pada bulan Februari tahun ini menggelar kajian ilmiah seputar pendidikan literasi media sosial (perempuan, hoax dan politik).
Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Hasnani menjelaskan, program kajian ini merupakan kegiatan yang akan rutin dilaksanakan tiap bulan. Kajian ilmiah merupakan tradisi akademik yang harus tumbuh kembang dalam lingkungan kampus. "Sebagai lembaga studi, maka kami akan mendorong program kajian ini sebagai kegiatan strategis dan prioritas agar menjadi cerminan dalam membangun suasana dan iklim akademik-ilmiah di kampus," katanya ketika ditemui sebelum acara kajian dimulai.
"Kedepannya, Pusat Studi Gender dan Anak akan menggalang kelompok-kelompok dan organisasi perempuan yang ada sebagai mitra kerjasama dalam menggelar berbagai kegiatan, khusus kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak,"paparnya.
Pada kajian perdana ini, Pusat Studi Gender dan Anak menggandeng Dharma Wanita IAIN Parepare sebagai mitra dalam menggelar kegiatan. Sitti Muliyani sebagai Ketua Dharma Wanita IAIN Parepare menyambut baik atas terlaksananya kegiatan bersama ini. "Kegiatan Dharma Wanita yang selama ini hanya bersifat silaturrahmi, tetapi dengan adanya kerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak maka ada kegiatan kajian. Kita mengucapkan syukur dan terima kasih atas kerjasama ini" ujar saat memberikan arahan.
Sementara itu, Nur Nahdiyah yang menjadi narasumber dalam kajian tersebut menguraikan tentang perkembangan teknologi komunikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kepada kaum perempuan atau kalangan ibu-ibu. "Kita sekarang berada pada era modern, semuanya serbah canggih, khususnya alat komunikasi. Melalui alat komunikasi berupa smart phone, ibu-ibu sudah bisa telponan dengan siapa saja sambil masak di dapur atau bahkan dari dalam kamar mandi. Dulu, kita berbicara melalui telpon hanya mendengar suaranya saja, tetapi sekarang kita sudah bisa telponan dengan melihat langsung orang yang kita ajak bicara melalui fitur yang tersedia di smart phone," papar mantan Ketua KPUD Parepare ini.
"Tetapi kecanggihan smart phone ini, bukan tanpa masalah. Karena rupanya, melalui teknologi komunikasi ini, justru gosip, fitnah, caci maki, ujaran kebencian dan hoax semakin merajalelah khususnya dikalangan ibu-ibu" kata Nahdiyah mengingatkan. "Apa lagi, tahun ini adalah tahun politik. Banyak orang yang menyalahgunakan smart phone, menggunakannya untuk menyebar fitnah dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya. Media sosial kita hari ini, tengah dibanjiri berita-berita bohong atau hoax dan sasarannya adalah perempuan" tambahnya.
"Oleh karenanya, kita musti hati-hati membaca setiap berita yang bersumber dari media sosial. Jangan langsung percaya, apa lagi menyebarkannya. Kita harus menganalisa kebenaran, sumber dan dampak yang timbulkan suatu berita, sebelum menyebarkannya kepada orang lain" paparnya memberi tips kepada ibu-ibu yang mengukuti kajian. "Jangan gampang menyebar berita. Sekarang ada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang Informasi dan transaksi elektronik. Jika kita menyebar hoax atau kebohongan, fitnah, ujaran kebencian, dan lain sebagainya, maka kita akan dijerat dengan UU ITE tersebut, kita bisa di pidana dengan hukuman penjara" ulasnya.
Kajian yang diikuti sekitar 50 an orang peserta ini berakhir sekitar pukul 16.30 wita dan ditutup dengan acara pengundian pemenang arisan Dharma Wanita IAIN Parepare yang dilaksanakan setiap bulannya. (s.s)
Selasa, 12 Maret 2019
Pekan Literasi, Kolaborasi FEBI IAIN Parepare dengan Dialektika Bookshop
IAIN Parepare--- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare bekerja sama dengan toko buku Dialektika bookshop, menggelar pekan literasi di pelataran gedung S.
Acara dengan tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.
Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.
“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.
Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.
“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.
Sumber: Panitia Pelaksana
Acara dengan tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.
Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.
“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.
Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.
“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.
Sumber: Panitia Pelaksana
Senin, 11 Maret 2019
Mahasiswa IAIN Parepare Memiliki Standarisasi Etik
Humas IAIN Parepare--Menanggapi isu yang lagi gembar-gembor di media sosial terkait pelarangan pakaian gamis di kampus, Kasubag Humas Suherman Syach memberikan penjelasan panjang lebar ketika ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin, 11/3/2/2019.
"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.
Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.
Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.
"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.
Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;
"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.
Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.
Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.
"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.
"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.
"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.
Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.
Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.
"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.
Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;
"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.
Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.
Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.
"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.
"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.
Mahasiswa PBI Jawara Debat Bahasa Inggris
Humas IAIN Parepare--- Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali menunjukkan prestasi yang membanggakan. Kali ini dipersembahkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dalam ajang "Championship of English" yang diadakan HMJ PBI IAIN Palopo pada tanggal 8-9 Maret 2019 di kota Palopo. Tidak tanggung-tanggung, mahasiswa PBI berhasil meraih 3 juara pada ajang yang dilombakan, yaitu juara 1 lomba debat, menjadi be speaker terbaik, dan juara 3 pada lomba public speaking.
"Alhamdulillah kita berhasil juara pada ajang yang cukup bergensi di kalangan mahasiswa bahasa Inggris ini" demikian ucapan Megawati Faisal, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta saat dihubungi via telpon. "Kami bangga bisa mempersembahkan yang terbaik bagi kampus IAIN Parepare dan insyaallah kami akan terus melakukan yang terbaik" ujarnya penuh semangat.
Pada ajang "Championship of English" yang kali ini berlangsung di Palopo, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare mengutus 3 peserta, yaitu Megawati Faisal, Muh. Hidayat S, dan Nur Pradini Galla.
Muh. Hidayat S berhasil meraih juara 1 pada ajang debat bahasa Inggris. Hidayat, berhasil juara setelah menyingkirkan peserta debat dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester 6 ini tampil memukau para dewan juri sehingga mampu meraih skor tertinggi. Pada sesi pertama, materi debat membincang tentang masalah kesehatan. Hidayat, cukup fasih menyampaikan konsep-konsep kesehatan dengan gaya dan retorika berbahasa Inggris yang lancar dan meyakinkan.
Begitu pun pada sesi final, yang mengangkat tema tentang "cinta diantara kesuksesan dan kegagalan." Hidayat mampu mempresentasikan gagasannya secara rasional dan sistematik. Saat sesi debat, Hidayat mampu mendominasi forum yang berlangsung cukup sengit. Pertanyaan dan sanggahan dari para tim juri atau pun para finalis dapat dijawab dan ditanggapi dengan meyakinkan.
Sementara, Megawati Faisal berhasil menjadi "Be Speaker terbaik" dalam acara tersebut. "Be Speaker" adalah lombah berbicara dalam bahasa Inggris. Megawati mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris. Hal yang sama, ditunjukkan oleh Nur Pradini Galla dengan meraih juara 3 dalam ajang "Public Speaking". "Meraih juara pada ajang ini, tentulah tidak mudah. Persaingannya cukup ketat karena diikuti dari berbagai mahasiswa berprestasi" ujar Siti Wirda Liling, panitia yang mengurus peserta dari IAIN Parepare.
Mujahidah, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Parepare yang dihubungi secara terpisah menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada mahasiswa yang meraih juara pada ajang tersebut. "Tentu saja, kami berbangga terhadap prestasi yg diraih mahasiswa kita. Prestasi itu merupakan predikat terbaik yg disematkan buat institut dan akan menambah daftar prestasi yg pernah diraih mahasiswa. Prestasi tersebut, juga akan berkontribusi terhadap proses akreditasi PBI, yang mudah-mudahan bisa berubah menjadi akreditasi A nantinya" pungkas Mujahidah menjelaskan.
"Oleh karenanya, kami akan memberikan dukungan maksimal kepada mahasiswa kita untuk meraih prestasi dan insyaallah fakultas akan memberikan apresiasi untuk mereka" ujarnya. "Bagi mahasiswa yg juara, harus tetap tawadu dan tetap belajar agar kita bisa meraih presatasi yg lebih baik lagi", pesannya. (s.s)
"Alhamdulillah kita berhasil juara pada ajang yang cukup bergensi di kalangan mahasiswa bahasa Inggris ini" demikian ucapan Megawati Faisal, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta saat dihubungi via telpon. "Kami bangga bisa mempersembahkan yang terbaik bagi kampus IAIN Parepare dan insyaallah kami akan terus melakukan yang terbaik" ujarnya penuh semangat.
Pada ajang "Championship of English" yang kali ini berlangsung di Palopo, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare mengutus 3 peserta, yaitu Megawati Faisal, Muh. Hidayat S, dan Nur Pradini Galla.
Muh. Hidayat S berhasil meraih juara 1 pada ajang debat bahasa Inggris. Hidayat, berhasil juara setelah menyingkirkan peserta debat dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester 6 ini tampil memukau para dewan juri sehingga mampu meraih skor tertinggi. Pada sesi pertama, materi debat membincang tentang masalah kesehatan. Hidayat, cukup fasih menyampaikan konsep-konsep kesehatan dengan gaya dan retorika berbahasa Inggris yang lancar dan meyakinkan.
Begitu pun pada sesi final, yang mengangkat tema tentang "cinta diantara kesuksesan dan kegagalan." Hidayat mampu mempresentasikan gagasannya secara rasional dan sistematik. Saat sesi debat, Hidayat mampu mendominasi forum yang berlangsung cukup sengit. Pertanyaan dan sanggahan dari para tim juri atau pun para finalis dapat dijawab dan ditanggapi dengan meyakinkan.
Sementara, Megawati Faisal berhasil menjadi "Be Speaker terbaik" dalam acara tersebut. "Be Speaker" adalah lombah berbicara dalam bahasa Inggris. Megawati mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris. Hal yang sama, ditunjukkan oleh Nur Pradini Galla dengan meraih juara 3 dalam ajang "Public Speaking". "Meraih juara pada ajang ini, tentulah tidak mudah. Persaingannya cukup ketat karena diikuti dari berbagai mahasiswa berprestasi" ujar Siti Wirda Liling, panitia yang mengurus peserta dari IAIN Parepare.
Mujahidah, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Parepare yang dihubungi secara terpisah menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada mahasiswa yang meraih juara pada ajang tersebut. "Tentu saja, kami berbangga terhadap prestasi yg diraih mahasiswa kita. Prestasi itu merupakan predikat terbaik yg disematkan buat institut dan akan menambah daftar prestasi yg pernah diraih mahasiswa. Prestasi tersebut, juga akan berkontribusi terhadap proses akreditasi PBI, yang mudah-mudahan bisa berubah menjadi akreditasi A nantinya" pungkas Mujahidah menjelaskan.
"Oleh karenanya, kami akan memberikan dukungan maksimal kepada mahasiswa kita untuk meraih prestasi dan insyaallah fakultas akan memberikan apresiasi untuk mereka" ujarnya. "Bagi mahasiswa yg juara, harus tetap tawadu dan tetap belajar agar kita bisa meraih presatasi yg lebih baik lagi", pesannya. (s.s)
Kamis, 07 Maret 2019
Kasubag Humas IAIN Parepare; "Kami Tidak Menolak Siapapun"
Humas IAIN Parepare---Kasubag Humas IAIN Parepare, Suherman Syach bergeming dengan pemberitaan yamg dirilis di portal www.radiomesra.com, Rabu,6/3/2019 berjudul "Kegiatan Penyambutan Guru Besar UNHAS di Tolak pihak Kampus IAIN Parepare".
Menurutnya, judul pemberitaan ini sangat bombastis dan cenderung memojokkan IAIN Parepare tanpa meminta klarifikasi.
"Seharusnya, awak media profesional melakukan reportase dan pemberitaan dengan melakukan kroscek dan klarifikasi kepada objek yang terkait dalam berita" ujarnya. "Judul berita yang diangkat oleh salah satu media online tentang penolakan guru besar UNHAS, jelas membingungkan kami di IAIN Parepare. Kami tidak tahu asal muasal, kok tiba-tiba di tolak. Berita ini sangat menyesatkan" paparnya.
IAIN Parepare dengan perguruan tinggi mana pun, baik yang ada di dalam dan luar Sulaweai Selatan dan bahkan luar negeri itu memiliki hubungan yang baik dan saling mendukung untuk pengembangan masing-masing. "Selama ini, kami di IAIN Parepare sangat welcome dengan kedatangan siapa pun apalagi kalau Guru Besar" tepis Kasubag Humas menanggapi isu yang cenderung membenturkan IAIN Parepare dengan kampus lain. "Perguruan tinggi lain adalah mitra kerjasama kami" tambahnya.
Terkait dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi mahasiswa ektra kampus di Gedung Auditorium IAIN Parepare, mantan mahasiswa era reformasi ini menyatakan seharusnya tidak perlu terjadi. "Selama ini, kami selalu memfasilitasi kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa, termasuk organisasi ektra jika ingin melakukan kegiatan di kampus, apalagi kalau kegiatannya bersifat pengembangan akademik" papar kasubag.
Kegiatan-kegiatan besar yang pernah dilakasanakan organisasi kemasyarakatan terbilang banyak. "Beberapa bulan lalu, Pengurus Besar DDI menggelar kegiatan Seminar Nasional untuk mengusung Andregurutta K.H. Abdul Rahman Ambo Dalle sebagai Pahlawan Nasional. Itu sangat disuppor dan didukung penuh bapak Rektor dan seluruh pimpinan serta civitas kampus" kenang Suherman mengingatkan.
"Saya telusuri sebab musabab tidak jadinya kegiatan PP IMDI digelar di kampus, itu persoalan administrasi. Saya tidak menemukan surat permohonan mereka masuk di bagiam umum" jelasnya memberi klarifikasi. "Ada persoalan administrasi di sana. Kampus ini lembaga formal, punya tata aturan normatif yang prosedural. Satuan unit saja, misalnya organisasi mahasiswa intra atau bahkan kegiatan prodi harus menyurat ke bagian umum jika ingin menggunakan fasilitas kampus. Jadi, teman-teman pengurus organisasi harus memahami aturan mainnya, jangan hanya menyalahkan secara sepihak" pintamya minta pengertian.
Menurutnya, judul pemberitaan ini sangat bombastis dan cenderung memojokkan IAIN Parepare tanpa meminta klarifikasi.
"Seharusnya, awak media profesional melakukan reportase dan pemberitaan dengan melakukan kroscek dan klarifikasi kepada objek yang terkait dalam berita" ujarnya. "Judul berita yang diangkat oleh salah satu media online tentang penolakan guru besar UNHAS, jelas membingungkan kami di IAIN Parepare. Kami tidak tahu asal muasal, kok tiba-tiba di tolak. Berita ini sangat menyesatkan" paparnya.
IAIN Parepare dengan perguruan tinggi mana pun, baik yang ada di dalam dan luar Sulaweai Selatan dan bahkan luar negeri itu memiliki hubungan yang baik dan saling mendukung untuk pengembangan masing-masing. "Selama ini, kami di IAIN Parepare sangat welcome dengan kedatangan siapa pun apalagi kalau Guru Besar" tepis Kasubag Humas menanggapi isu yang cenderung membenturkan IAIN Parepare dengan kampus lain. "Perguruan tinggi lain adalah mitra kerjasama kami" tambahnya.
Terkait dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi mahasiswa ektra kampus di Gedung Auditorium IAIN Parepare, mantan mahasiswa era reformasi ini menyatakan seharusnya tidak perlu terjadi. "Selama ini, kami selalu memfasilitasi kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa, termasuk organisasi ektra jika ingin melakukan kegiatan di kampus, apalagi kalau kegiatannya bersifat pengembangan akademik" papar kasubag.
Kegiatan-kegiatan besar yang pernah dilakasanakan organisasi kemasyarakatan terbilang banyak. "Beberapa bulan lalu, Pengurus Besar DDI menggelar kegiatan Seminar Nasional untuk mengusung Andregurutta K.H. Abdul Rahman Ambo Dalle sebagai Pahlawan Nasional. Itu sangat disuppor dan didukung penuh bapak Rektor dan seluruh pimpinan serta civitas kampus" kenang Suherman mengingatkan.
"Saya telusuri sebab musabab tidak jadinya kegiatan PP IMDI digelar di kampus, itu persoalan administrasi. Saya tidak menemukan surat permohonan mereka masuk di bagiam umum" jelasnya memberi klarifikasi. "Ada persoalan administrasi di sana. Kampus ini lembaga formal, punya tata aturan normatif yang prosedural. Satuan unit saja, misalnya organisasi mahasiswa intra atau bahkan kegiatan prodi harus menyurat ke bagian umum jika ingin menggunakan fasilitas kampus. Jadi, teman-teman pengurus organisasi harus memahami aturan mainnya, jangan hanya menyalahkan secara sepihak" pintamya minta pengertian.
Rektor Lantik Tamsil Hadi Jadi Kepala Satuan Pengawas Internal
Humas IAIN Parepare-- Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan kembali melakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan dalam lingkup kerja IAIN Parepare, Rabu, 6/3/2019.
Bertempat di Ruang Seminar Pascasarjana, Rektor melantik 2 pejabat baru, yaitu Dr. H. Abu Bakar Juddah, M. Ag sebagai Kepala UPT Ma'had Al-Jamiyah dan Tamsil Hadi, SE, sebagai Kepala Satuan Pengawasan Internal IAIN Parepare.
Pengangkatan pejabat baru ini berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Parepare Nomor : B.121/In.39/KP.07.6/01/2019 tentang pengangkatan Kepala Ma'had Al-Jamiyah dan Surat Keputusan Rektor Nomor : B.248/In.39/KP.07.6/03/2019 tentang Kepala Satuan Pengawasan Internal yang dibacakan Kepala Bagian AUK, Muh. Jafar.
Pelantikan yang berlangsung hikmat ini dihadiri para pejabat dalam lingkup kerja IAIN Parepare, diantaranya Wakil Rektor Bidang APK, Sitti Jamilah Amin, Wakil Rektor Bidang KK, Muh. Shaleh, Kabiro AUAK, Musyarrafah Amin, berserta Para Dekan, Wakil Dekan, Kepala dan Sekretaris LPM dan LP2M, serta para Kepala UPT.
Rektor dalam amanahnya mengatakan, kedua lembaga ini merupakan lembaga baru di IAIN Parepare. Pembentukan kedua lembaga itu berdasarkan amanah konstitusi. Ma'hal Al-Jamiyah tertuang dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 35 tahun 2019 tentang organisasi dan tata kerja IAIN Parepare. Sementara Satuan Pengawasan Internal (SPI) diperintahkan dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 25 tahun 2017. "Jadi pembentukan kedua lembaga ini sebagai wujud pelaksanaan dari amanah konstitusi tersebut, bukan untuk kepentingan siapa-siapa" tegasnya.
Rektor mengemukakan, sengaja menyiapkan dan meminta Abu Bakar Juddah memimpin Ma'had Al-Jamiyah karena sosok beliau yang diyakini mampu mewujudkan "pondok pesantren mahasiswa" ini berkembang maju. "Beliau memiliki segudang pengalaman dan kemampuan sebagai mantan pejabat kampus beberapa periode" kunci Rektor.
Sementara untuk Kepala Satuan Pengasawan Internal (SPI), Rektor mengakui perlu waktu lama mencari figur yang tepat. Kepala SPI itu harus tegas, berintegritas, berdedikasi dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah non akademik di PTKIN. "Saya memilih pak Tamsil bukan tiba-tiba. Sudah lama saya perhatikan dan saya nilai dia cocok sebagai Kepala SPI, baik dari sisi karakter mau pun basic keilmuan dan pekerjaannya yang selama ini, dia geluti pada bagian keuangan" nilai Rektor.
Tugas utama SPI adalah melakukan pendampingan, audit, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan review terhadap penyelenggaraan kegiatan dan program non akademik yang berjalan di perguruan tinggi, baik perencanaan, keuangan, sarana prasarana, administrasi, dan lain sebagainya agar semuanya berjalan sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditentukan. Lembaga satuan pengawasan yang setingkat LPM ini akan dilengkapi struktur satuan kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tamsil Hadi yang ditemui usai pelantikan mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Rektor IAIN Parepare yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengemban tugas sebagai Kepala Satuan Pengawasan Internal. "Tugas ini sangat berat, saya masih perlu belajar banyak dan bimbingan dari pimpinan dalam melaksanakam tugas ini" ujar pria kelahiran 1980 an ini. (s.s).
Selasa, 05 Maret 2019
Rektor IAIN Parepare Launching Program Pengabdian kepada Masyarakat di Sidrap
IAIN Parepare--- Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Rehabiltasi BNN Baddoka tahun 2018 menunjukkan bahwa 70-80 % pengedar dan pemakai narkoba yang berada di BNN Baddoka berasal dari tiga daerah di Ajattapareng yakni Sidrap, Pinrang dan Parepare. Faktor utamanya karena mereka (pengedar dan pemakai) narkoba tidak merasakan apa yang disebut home is my home, artinya bahwa mereka tidak merasakan kenyamanan di rumah melainkan mereka hanya mendapatkan home is my house, bahwa mereka mendapatkan fasilitas yang lengkap tapi tidak membuat mereka merasa senang berada di rumah.
Demikian juga dengan data dari Kementerian pemberdayaan perempuan dan anak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional tahun 2016 melalui Survey Kekerasan terhadap Anak (SKtA) menunjukkan bahwa kekerasan fisik di dalam keluarga dilakukan baik oleh ayah maupun ibu, dimana resiko ibu melakukan kekerasan pada anak khususnya perempuan lebih tinggi dibandingkan ayah.
Sejalan dengan data tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menyebutkan bahwa 91 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan keluarga.
Hal tersebut menjadi alasan bagi Dharma Wanita Kemenag Sidrap bekerjasama dengan Yayasan Taman Semesta merasa terpanggil untuk menjawab permasalahan apa yang menjadi realitas sosial masa kini khususnya di kabupaten Sidrap.
“Kami ingin menjadi bagian dari solusi agar dari keluarga kita lahir anak yang sehat baik secara fisik, emosional maupun spiritual. Keluarga seharusnya menjadi tempat bernaung yang paling aman bagi anak-anak kita. Khususnya bagi perempuan atau ibu, al ummumadrasatulula, ibu adalah sekolah (guru) pertama bagi anak—anaknya. Olehnya itu, dibutuhkan tindakan nyata dalam usaha mencegah kekerasan pada anak di lingkungan keluarga melalui program “Perempuanta’,” jelas ketua panitia pelaksana, Aqidah Irman yang juga merupakan Ibu Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama kabupaten Sidrap.
Program ‘Perempuanta’ akan menjadi wadah bagi orangtua khususnya yang ada di kecamatan Maritengngae untuk berbagi bersama terkait pengetahuan pengasuhan anak yang mengedepankan pendisiplinan secara positif.
Program Perempuanta’ yang juga diinisiasi oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), tentu meneguhkan posisi perguruan tinggi bukan hanya sebagai sumber pengetahuan akan tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Program pengabdian kepada masyarakat ini secara resmi dilaunching oleh Rektor IAIN Parepare sekaligus menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara IAIN Parepare dengan Kementerian Agama kabupaten Sidrap yang disaksikan oleh Wakil Rektor III IAIN Parepare Dr. Muhammad Saleh, M. Ag, Kepala LP2M IAIN Parepare Drs. Muhammad Djunaidi, M. Ag, Sekretaris Kecamatan Maritenggae, dan KUA, Selasa (05/03).
“Kegiatan ini tentu akan memberi manfaat buat orangtua agar mendidik anak tidak menggunakan kekerasan, pola-pola pengasuhan lama yang tidak lagi cocok dengan era milenial,” ucap Rektor IAIN Parepare, Dr. Ahmad Sultra Rustan, M. Si.
Sementara Kepala Kementerian Agama (Kemenag) kabupaten Sidrap merespon baik atas kerjasama ini.
“Selain program pengabdian masyarakat, kabupaten Sidrap membutuhkan program pendidikan khususnya peningkatan keterampilan mengajar guru di madrasah. Semoga ke depan kita bisa memperkuat kerjasama ini di beberapa bentuk kegiatan” harap Kepala Kementerian Agama kabupaten Sidrap, H. Irman Baharuddin, S. Ag., M. Si.
Selain Launching Program Perempuanta’, juga dilaksanakan seminar Solusi Mendidik Anak Tanpa Kekerasan Di Era Milenial. Seminar ini merupakan awal dari pendampingan yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan. Hadir narasumber dari tim Yayasan Taman Semesta yang berkompoten dalam bidang psikologi keluarga dengan menggunakan modul yang telah diterbitkan sendiri.
Kegiatan berlangsung di Aula kantor Kemenag kabupaten Sidrap, hadir sebanyak 50 perserta terdiri dari perwakilan dari desa/kelurahan se-kecamatanMaritengngae, Dharma Wanita Kemenag Sidrap, Perwakilan BKPRMI, dan TK Terpada yang ada di KecamatanMaritengngae.
Marwah salah satu peserta mengaku bersyukur dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Ternyata selama ini cara saya mendidik berbau kekerasan karena biar berkata ‘jangan’. Pertemuan ini sangat baik bagi kami,” ucap Marwah usai seminar.
Selain di Kecamatan Maritengngae, ke depan program ini akan didorong terlaksana di semua kecamatan se-kabupaten Sidrap melalui koordinasi di tingkat Kecamatan dan Kantor Urusan Agama se kabupaten Sidrap.
Demikian juga dengan data dari Kementerian pemberdayaan perempuan dan anak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional tahun 2016 melalui Survey Kekerasan terhadap Anak (SKtA) menunjukkan bahwa kekerasan fisik di dalam keluarga dilakukan baik oleh ayah maupun ibu, dimana resiko ibu melakukan kekerasan pada anak khususnya perempuan lebih tinggi dibandingkan ayah.
Sejalan dengan data tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menyebutkan bahwa 91 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan keluarga.
Hal tersebut menjadi alasan bagi Dharma Wanita Kemenag Sidrap bekerjasama dengan Yayasan Taman Semesta merasa terpanggil untuk menjawab permasalahan apa yang menjadi realitas sosial masa kini khususnya di kabupaten Sidrap.
“Kami ingin menjadi bagian dari solusi agar dari keluarga kita lahir anak yang sehat baik secara fisik, emosional maupun spiritual. Keluarga seharusnya menjadi tempat bernaung yang paling aman bagi anak-anak kita. Khususnya bagi perempuan atau ibu, al ummumadrasatulula, ibu adalah sekolah (guru) pertama bagi anak—anaknya. Olehnya itu, dibutuhkan tindakan nyata dalam usaha mencegah kekerasan pada anak di lingkungan keluarga melalui program “Perempuanta’,” jelas ketua panitia pelaksana, Aqidah Irman yang juga merupakan Ibu Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama kabupaten Sidrap.
Program ‘Perempuanta’ akan menjadi wadah bagi orangtua khususnya yang ada di kecamatan Maritengngae untuk berbagi bersama terkait pengetahuan pengasuhan anak yang mengedepankan pendisiplinan secara positif.
Program Perempuanta’ yang juga diinisiasi oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), tentu meneguhkan posisi perguruan tinggi bukan hanya sebagai sumber pengetahuan akan tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Program pengabdian kepada masyarakat ini secara resmi dilaunching oleh Rektor IAIN Parepare sekaligus menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara IAIN Parepare dengan Kementerian Agama kabupaten Sidrap yang disaksikan oleh Wakil Rektor III IAIN Parepare Dr. Muhammad Saleh, M. Ag, Kepala LP2M IAIN Parepare Drs. Muhammad Djunaidi, M. Ag, Sekretaris Kecamatan Maritenggae, dan KUA, Selasa (05/03).
“Kegiatan ini tentu akan memberi manfaat buat orangtua agar mendidik anak tidak menggunakan kekerasan, pola-pola pengasuhan lama yang tidak lagi cocok dengan era milenial,” ucap Rektor IAIN Parepare, Dr. Ahmad Sultra Rustan, M. Si.
Sementara Kepala Kementerian Agama (Kemenag) kabupaten Sidrap merespon baik atas kerjasama ini.
“Selain program pengabdian masyarakat, kabupaten Sidrap membutuhkan program pendidikan khususnya peningkatan keterampilan mengajar guru di madrasah. Semoga ke depan kita bisa memperkuat kerjasama ini di beberapa bentuk kegiatan” harap Kepala Kementerian Agama kabupaten Sidrap, H. Irman Baharuddin, S. Ag., M. Si.
Selain Launching Program Perempuanta’, juga dilaksanakan seminar Solusi Mendidik Anak Tanpa Kekerasan Di Era Milenial. Seminar ini merupakan awal dari pendampingan yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan. Hadir narasumber dari tim Yayasan Taman Semesta yang berkompoten dalam bidang psikologi keluarga dengan menggunakan modul yang telah diterbitkan sendiri.
Kegiatan berlangsung di Aula kantor Kemenag kabupaten Sidrap, hadir sebanyak 50 perserta terdiri dari perwakilan dari desa/kelurahan se-kecamatanMaritengngae, Dharma Wanita Kemenag Sidrap, Perwakilan BKPRMI, dan TK Terpada yang ada di KecamatanMaritengngae.
Marwah salah satu peserta mengaku bersyukur dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Ternyata selama ini cara saya mendidik berbau kekerasan karena biar berkata ‘jangan’. Pertemuan ini sangat baik bagi kami,” ucap Marwah usai seminar.
Selain di Kecamatan Maritengngae, ke depan program ini akan didorong terlaksana di semua kecamatan se-kabupaten Sidrap melalui koordinasi di tingkat Kecamatan dan Kantor Urusan Agama se kabupaten Sidrap.
Langganan:
Postingan (Atom)